Pengaruh Sarapan Terhadap
Konsentrasi Belajar Mahasiswa
Rafli Zulfikar Amrullah (05171063)
Program Studi Teknik Kimia, Institut Teknologi
Kalimantan
Ringkasan
Makanan
yang dikonsumsi dengan sarapan merupakan bahan pangan pertama yang masuk dalam
tubuh, itulah yang melandasi keseimbangan zat gizi dalam sehari.Sarapan juga
dapat mendukung memelihara daya tahan tubuh, terutama dari serangan infeksi
karena kecukupan zat gizi yang sesuai dengan yang dianjurkan untuk tubuh.
Tujuan penulisan adalah untuk mengetahui pengaruh sarapan terhadap konsentrasi
belajar Mahasiswa. Menu yang baik untuk makan pagi sebaiknya mengandung
unsur pemberi tenaga, unsur pembangun dan pengatur sel-sel jaringan tubuh.
Secara kuantitatif, makan pagi harus menyuplai karbohidrat (55% —56%), protein
(12%—15%), lemak (24%—30%), serta
vitamin dan mineral secukupnya.
Dengan
demikian makan pagi dapat menopang kebutuhan energi tubuh sepanjang
hari. Hasil penelitian menunjukkan pengaruh sarapan terhadap konsentrasi
belajar siswa sangat besar. Karena jika tidak sarapan dapat menyebabkan siswa
lemas, mengantuk dan melakukan kegiatan lain untuk mengalihkan dari rasa lapar.
Kesimpulan dari penulisan ini menunjukkan bahwa banyak mahasiswa yang memiliki
kebiasaan sarapan dan sangat berpengaruh terhadap konsentrasi dan hasil belajar
mahasiswa.
1. Pendahuluan
Kebiasaan
makan pagi pada awalnya hanya dilakukan oleh kalangan soaial di Inggris. Namun
lambat laun kebiasaan ini mulai dilakukan oleh semua kalangan karena manfaat
yang mendukung aktifitas yang akan dilakukan. Sampai saat ini sarapan menjadi
kegiatan utama dipagi hari, seperti halnya para mahasiswa yang akan belajar dan
berfikir selama kurang lebih 7 jam di sekolah. Tentu dibutuhkan adanya asupan
energi dipagi hari untuk menunjang proses berfikir mereka. Sarapan pagi dapat
menyediakan karbohidrat yang siap digunakan untuk meningkatkan gula darah
dengan kadar gula darah yang cukup, gairah dan konsentrasi belajar di kampus
bisa lebih baik. Asupan gizi yang diperoleh dipagi hari haruslah seimbang
karena jika tidak seimbang porsi zat makanan yang dikonsumsi dipagi hari, maka
akan berpengaruh terhadap maksimalnya konsentrasi belajar mahasiswa. Beberapa
zat makanan yang diperlukan oleh tubuh di pagi hari adalah karbohidrat,
protein, lemak, vitamin dan mineral atau yang biasa disebut dengan makanan
empat sehat lima sempurna.
Melewatkan
makan pagi akan menyebabkan tubuh kekurangan glukosa (gula darah) dan hal ini
menyebabkan tubuh lemah karena tiadanya suplai energi. Jika hal tersebut
terjadi maka dapat menyebabkan kekosongan lambung selama 10-11 jam karena
makanan terakhir yang masuk ke dalam tubuh adalah makan malam pukul 19.00. Hal
tersebut tentunya akan mengganggu konsentrasi belajar mahasiswa yang lebih
memikirkan rasa laparnya daripada fokus terhadap mata kuliah atau pelajarannya.
Nutrisi yang dikonsumsi dipagi hari haruslah cukup karena kekurangan kadar
makanan dapat mengakibatkan kekurangan tonus jasmani, yang pengaruhnya dapat
merupakan kelesuan, lekas mengantuk, lekas lelah, dan sebagainya. Namun tidak
semua jenis makanan dapat kita konsumsi dipagi hari. Ada jenis makanan yang
dapat menimbulkan rasa ngantuk sehingga dapat mengganggu proses belajar siswa.
Hal tersebut yang harus dihindari sebagai menu sarapan. Tentunya diperlukan
adanya pengetahuan siswa mengenai jenis-jenis makanan yang dapat menyebabkan
ngantuk.
2. Pembahasan
Berdasarkan
hasil penelitian Sukmaniah didapatkan bahwa kebiasaan sarapan pagi responden di
SDN Sukosari II yang terbanyak adalah kebiasaan sarapan pagi kategori cukup
baik, yaitu 40 responden (62,5%). Sedangkan yang mempunyai kebiasaan sarapan
pagi kategori baik yaitu 9 responden (14,1%). Sisanya sebanyak 15 responden
(23,4%) mempunyai kebiasaan sarapan kategori kurang. Sarapan pagi merupakan
saat makan yang paling penting dalam sehari. Makanan yang diasup di pagi hari
bertugas mensuplai kadar gula darah. Setelah melewatkan satu periode berjam-jam
tanpa makan, kadar gula darah dalam tubuh otomatis rendah. Padahal gula darah
merupakan sumber utama energi otak dan sel darah. Oleh karena itu sarapan
berfungsi untuk memulihkan cadangan energi dan kadar gula darah. (Sukmaniah,
2008). Menurut Tjut Rifameutia, di pagi hari kegiatan anak menuntut banyak
gerak sehingga anak memerlukan energi untuk belajar dan berinteraksi dengan
lingkungannya. Dengan sarapan anak menjadi lebih bersemangat dan terlibat aktif
dalam belajar. Makanan yang dikonsumsi sewaktu sarapan bukan hanya
mengenyangkan tetapi juga bergizi lengkap dan seimbang. Sarapan yang baik dan
memenuhi criteria gizi adalah dengan menyuplai karbohidrat (55-65%), protein
(12- 15%), lemak (24-30%) serta vitamin dan mineral yang bisa diperoleh dari
sayur dan buah (Gunawan, 2008). Kadar gula darah yang didapatkan dari sarapan
akan dirubah menjadi energi melalui proses metabolisme. Hasil dari metabolisme
ini akan digunakan oleh sel-sel tubuh untuk menjalankan fungsinya. Sehingga
pada akhirnya tubuh bisa menjalankan berbagai macam aktifitas mulai dari
berpikir, bekerja, berlari sampai mengerjakan aktifitas sehari-hari lainnya.
Pada usia sekolah, anak-anak memerlukan banyak nutrisi untuk tumbuh dan
berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya. Nutrisi yang didapatkan saat
sarapan juga mempunyai peran penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak.
Gula darah yang dihasilkan juga akan digunakan oleh sel-sel tubuh untuk tumbuh
dan berkembang. Salah satu faktor yang mempengaruhi sarapan pagi adalah faktor
kebiasaan. Hal ini akan menunjukkan bahwa anak yang terbiasa melakukan sarapan
di pagi hari akan selalu menyempatkan waktu untuk melakukan sarapan terlebih
dahulu sebelum berangkat sekolah. Dari hasil penelitian yang didapat diketahui
bahwa kebiasaan sarapan pagi responden di SDN Sukosari II rata-rata dalam
kategori cukup baik, yaitu sebesar 62,5%. Data tersebut menunjukkan bahwa
kebiasaan sarapan pagi siswa-siswi di SDN Sukosari II tergolong cukup baik.
(Anas&Galih, 2012)
Berdasarkan
hasil penelitian Dobelden menunjukkan bahwa hanya 25 responden (39,1 %)
responden yang memiliki tingkat konsentrasi belajar kategori baik. Sisanya
sebanyak 32 responden (50%) memiliki tingkat konsentrasi cukup baik dan
sebanyak 7 responden (10,9%) memiliki tingkat konsentrasi kurang baik.
Konsentrasi adalah perhatian searah terhadap suatu hal. Konsentrasi berarti
kondisi seseorang yang dapat memfokuskan pikiran kepada satu hal. Apapun
aktifitasnya kriteria yang paling penting adalah untuk fokus, konsentrasi dan
atentif kepada aktifitas yang sedang berlangsung. Konsentrasi akan menjadi
tidak berarti apabila ada gangguan oleh beberapa hal lain pada saat yang
bersamaan. Untuk dapat berkonsentrasi, kita harus berhenti mencoba melakukan
beberapa hal pada saat yang sama. Apabila kita dapat fokus, kita akan biasa
mendapatkan itensitas luar biasa (Dobelden, 2008). Faktor-faktor yang
mempengaruhi konsentrasi adalah faktor sosial yang meliputi guru, orang tua,
teman. Faktor non sosial yang meliputi lingkungan, latihan, metode belajar,
sarana dan prasarana, serta bahasa dan budaya. Faktor psikologi meliputi bakat,
minat, ingatan, dan motivasi. Faktor yang berikutnya adalah status gizi
meliputi kebiasaan sarapan pagi, pola konsumsi makan keluarga, persediaan
pangan keluarga, pendapatan keluarga, dan zat gizi dalam makanan (Dobelden, 2008).
Hal ini menunjukkan bahwa baiknya tingkat konsentrasi belajar pada anak tidak
hanya dipengaruhi oleh kebiasaan sarapan pagi, tetapi juga disebabkan oleh
beberapa faktor yang telah disebutkan di atas. Seseorang yang bisa
berkonsentrasi dengan baik akan lebih mudah menyerap materi yang diterimanya.
Hal ini dikarenakan konsentrasi merupakan suatu keadaan diri yang dapat
memfokuskan pikiran kepada suatu hal. Dan kemampuan dalam berkonsentrasi akan
mempengaruhi kecepatan dalam menangkap materi yang kita butuhkan. Seorang
pelajar atau mahasiswa yang mempunyai kemampuan bagus dalam berkonsentrasi akan
lebih cepat menangkap materi pelajaran yang seharusnya ia serap. Sehingga pada
akhirnya prestasi belajarnya pun cenderung meningkat. (Anas, 2012)
Dari
hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa semakin baik kebiasaan sarapan pagi
seorang anak maka semakin baik pula tingkat konsentrasi belajar anak tersebut.
Dari tabel menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki kebiasaan
sarapan pagi kategori cukup baik yaitu sebanyak 40 responden (62,5%) dan
sebagian besar responden memiliki tingkat konsentrasi kategori cukup baik
sebanyak 32 responden (50%). Dari hasil analisa data didapatkan korelasi yaitu
0,546. Hal ini menunjukkan angka positif yang artinya tingkat hubungan antara
kebiasaan sarapan pagi dengan tingkat konsentrasi belajar pada anak adalah
sedang dengan uji sigfinikan (ρ) = 0,000 dengan taraf kesalahan 5% (α = 0,05)
menunjukkan bahwa korelasi yang terjadi adalah korelasi positif artinya semakin
baik kebiasaan sarapan pagi semakin baik pula tingkat konsentrasi belajar anak.
Kebiasaan sarapan pagi dapat berkontribusi terhadap status gizi anak.
Penelitian Irawati (2000) menemukan bahwa anak yang tidak biasa melakukan makan
pagi akan beresiko terhadap status gizi kurang. Kekurangan gizi menyebabkan
anak mudah lelah, tidak tidak kuat melakukan aktifitas fisik yang lama, tidak
mampu berpikir dan berpartisipasi penuh dalam proses belajar. Resiko untuk
menderita penyakit infeksi lebih besar pada anak yang kurang gizi, sehingga
tingkat kehadirannya rendah di sekolah. (Muhilal dan Damayanti, 2006). Seperti
yang dikemukakan oleh Tjut Rifameutia, di pagi hari kegiatan anak menuntut banyak
gerak sehingga anak memerlukan energi untuk belajar dan berinteraksi dengan
lingkungannya. Dengan sarapan, anak menjadi lebih bersemangat dan terlibat
aktif dalam belajar. Selain itu, konsentrasi pada akhirnya membuat anak lebih
percaya diri dan prestasi belajarnya pun cenderung akan meningkat. Hal ini
menggambarkan bahwa kebiasaan sarapan pagi dapat mempengaruhi tingkat
konsentrasi belajar pada anak. Responden yang memiliki kebiasaan sarapan
kategori baik akan mempunyai konsentrasi belajar yang baik pula. Sebaliknya
bila kebiasaan sarapan pagi responden tergolong kategori kurang maka tingkat
konsentrasinya pun akan tergolong kategori kurang pula. Namun ada juga
responden yang mempunyai kebiasaan sarapan pagi kategori baik mempunyai tingkat
konsentrasi kategori cukup yaitu sebanyak 1 responden (1,6%). Hal ini
dikarenakan ada beberapa faktor lain seperti faktor sosial yang meliputi guru,
orang tua, teman. Faktor non sosial yang meliputi lingkungan, latihan, metode
belajar, sarana dan prasarana, serta bahasa dan budaya. Faktor psikologi
meliputi bakat, minat, ingatan, dan motivasi. Faktor yang berikutnya adalah
status gizi meliputi pola konsumsi makan keluarga, persediaan pangan keluarga,
pendapatan keluarga, dan zat gizi dalam makanan. (Anas&Galih, 2012)
3.
Penutup
Dari
hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Sebagian besar responden mempunyai kebiasaan
sarapan pagi cukup baik. Sebagian besar responden mempunyai tingkat konsentrasi
kategori cukup baik. Dari hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa semakin baik
kebiasaan sarapan pagi seorang anak maka semakin baik pula tingkat konsentrasi
belajarnya. Sehingga didapatkan hasil bahwa ada hubungan yang positif antara
kebiasaan sarapan pagi dengan tingkat konsentrasi belajar pada anak.
Bagi
siswa siswi perlu membiasakan diri untuk sarapan pagi terlebih dahulu sebelum
memulai aktivitas sehari-hari karena sarapan pagi berguna sebagai sumber energi
dan nutrisi otak sehingga otak akan lebih cerdas dan akan meningkatkan prestasi
belajar. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dan tambahan
informasi tentang pentingnya sarapan terhadap tingkat konsentrasi belajar pada
anak. Sehingga pada akhirnya nanti kita bisa berbagi informasi kepada
masyarakat akan pentingnya membiasakan diri untuk sarapan pagi terlebih dahulu
sebelum memulai aktivitasnya sehari- hari. Bagi peneliti selanjutnya hendaknya
meneliti juga tentang hasil belajar atau nilai yang didapatkan siswa-siswi pada
akhir semester, dan diharapkan hasil penelitian bisa lebih valid dari
sebelumnya.
Daftar
Pustaka
Anas & Galih.2012.”Hubungan Kebiasaan Sarapan Pagi Dengan
Tingkat Konsentrasi Belajar Pada Anak”.Pare:Jurnal
AKP.No.5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar