Rabu, 13 Desember 2017

Contoh Karya Tulis Ilmiah Populer



Pengaruh Sarapan Terhadap Konsentrasi Belajar Mahasiswa

Rafli Zulfikar Amrullah (05171063)
Program Studi Teknik Kimia, Institut Teknologi Kalimantan

Ringkasan
Makanan yang dikonsumsi dengan sarapan merupakan bahan pangan pertama yang masuk dalam tubuh, itulah yang melandasi keseimbangan zat gizi dalam sehari.Sarapan juga dapat mendukung memelihara daya tahan tubuh, terutama dari serangan infeksi karena kecukupan zat gizi yang sesuai dengan yang dianjurkan untuk tubuh. Tujuan penulisan adalah untuk mengetahui pengaruh sarapan terhadap konsentrasi belajar Mahasiswa. Menu yang baik untuk makan pagi sebaiknya mengandung unsur pemberi tenaga, unsur pembangun dan pengatur sel-sel jaringan tubuh. Secara kuantitatif, makan pagi harus menyuplai karbohidrat (55% 56%), protein (12%15%), lemak (24%30%), serta vitamin dan mineral secukupnya.
Dengan demikian makan pagi dapat menopang kebutuhan energi tubuh sepanjang hari. Hasil penelitian menunjukkan pengaruh sarapan terhadap konsentrasi belajar siswa sangat besar. Karena jika tidak sarapan dapat menyebabkan siswa lemas, mengantuk dan melakukan kegiatan lain untuk mengalihkan dari rasa lapar. Kesimpulan dari penulisan ini menunjukkan bahwa banyak mahasiswa yang memiliki kebiasaan sarapan dan sangat berpengaruh terhadap konsentrasi dan hasil belajar mahasiswa.

1.      Pendahuluan
Kebiasaan makan pagi pada awalnya hanya dilakukan oleh kalangan soaial di Inggris. Namun lambat laun kebiasaan ini mulai dilakukan oleh semua kalangan karena manfaat yang mendukung aktifitas yang akan dilakukan. Sampai saat ini sarapan menjadi kegiatan utama dipagi hari, seperti halnya para mahasiswa yang akan belajar dan berfikir selama kurang lebih 7 jam di sekolah. Tentu dibutuhkan adanya asupan energi dipagi hari untuk menunjang proses berfikir mereka. Sarapan pagi dapat menyediakan karbohidrat yang siap digunakan untuk meningkatkan gula darah dengan kadar gula darah yang cukup, gairah dan konsentrasi belajar di kampus bisa lebih baik. Asupan gizi yang diperoleh dipagi hari  haruslah seimbang karena jika tidak seimbang porsi zat makanan yang dikonsumsi dipagi hari, maka akan berpengaruh terhadap maksimalnya konsentrasi belajar mahasiswa. Beberapa zat makanan yang diperlukan oleh tubuh di pagi hari adalah karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral atau yang biasa disebut dengan makanan empat sehat lima sempurna.
Melewatkan makan pagi akan menyebabkan tubuh kekurangan glukosa (gula darah) dan hal ini menyebabkan tubuh lemah karena tiadanya suplai energi. Jika hal tersebut terjadi maka dapat menyebabkan kekosongan lambung selama 10-11 jam karena makanan terakhir yang masuk ke dalam tubuh adalah makan malam pukul 19.00. Hal tersebut tentunya akan mengganggu konsentrasi belajar mahasiswa yang lebih memikirkan rasa laparnya daripada fokus terhadap mata kuliah atau pelajarannya. Nutrisi yang dikonsumsi dipagi hari haruslah cukup karena kekurangan kadar makanan dapat mengakibatkan kekurangan tonus jasmani, yang pengaruhnya dapat merupakan kelesuan, lekas mengantuk, lekas lelah, dan sebagainya. Namun tidak semua jenis makanan dapat kita konsumsi dipagi hari. Ada jenis makanan yang dapat menimbulkan rasa ngantuk sehingga dapat mengganggu proses belajar siswa. Hal tersebut yang harus dihindari sebagai menu sarapan. Tentunya diperlukan adanya pengetahuan siswa mengenai jenis-jenis makanan yang dapat menyebabkan ngantuk.
           
2.      Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian Sukmaniah didapatkan bahwa kebiasaan sarapan pagi responden di SDN Sukosari II yang terbanyak adalah kebiasaan sarapan pagi kategori cukup baik, yaitu 40 responden (62,5%). Sedangkan yang mempunyai kebiasaan sarapan pagi kategori baik yaitu 9 responden (14,1%). Sisanya sebanyak 15 responden (23,4%) mempunyai kebiasaan sarapan kategori kurang. Sarapan pagi merupakan saat makan yang paling penting dalam sehari. Makanan yang diasup di pagi hari bertugas mensuplai kadar gula darah. Setelah melewatkan satu periode berjam-jam tanpa makan, kadar gula darah dalam tubuh otomatis rendah. Padahal gula darah merupakan sumber utama energi otak dan sel darah. Oleh karena itu sarapan berfungsi untuk memulihkan cadangan energi dan kadar gula darah. (Sukmaniah, 2008). Menurut Tjut Rifameutia, di pagi hari kegiatan anak menuntut banyak gerak sehingga anak memerlukan energi untuk belajar dan berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan sarapan anak menjadi lebih bersemangat dan terlibat aktif dalam belajar. Makanan yang dikonsumsi sewaktu sarapan bukan hanya mengenyangkan tetapi juga bergizi lengkap dan seimbang. Sarapan yang baik dan memenuhi criteria gizi adalah dengan menyuplai karbohidrat (55-65%), protein (12- 15%), lemak (24-30%) serta vitamin dan mineral yang bisa diperoleh dari sayur dan buah (Gunawan, 2008). Kadar gula darah yang didapatkan dari sarapan akan dirubah menjadi energi melalui proses metabolisme. Hasil dari metabolisme ini akan digunakan oleh sel-sel tubuh untuk menjalankan fungsinya. Sehingga pada akhirnya tubuh bisa menjalankan berbagai macam aktifitas mulai dari berpikir, bekerja, berlari sampai mengerjakan aktifitas sehari-hari lainnya. Pada usia sekolah, anak-anak memerlukan banyak nutrisi untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya. Nutrisi yang didapatkan saat sarapan juga mempunyai peran penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Gula darah yang dihasilkan juga akan digunakan oleh sel-sel tubuh untuk tumbuh dan berkembang. Salah satu faktor yang mempengaruhi sarapan pagi adalah faktor kebiasaan. Hal ini akan menunjukkan bahwa anak yang terbiasa melakukan sarapan di pagi hari akan selalu menyempatkan waktu untuk melakukan sarapan terlebih dahulu sebelum berangkat sekolah. Dari hasil penelitian yang didapat diketahui bahwa kebiasaan sarapan pagi responden di SDN Sukosari II rata-rata dalam kategori cukup baik, yaitu sebesar 62,5%. Data tersebut menunjukkan bahwa kebiasaan sarapan pagi siswa-siswi di SDN Sukosari II tergolong cukup baik. (Anas&Galih, 2012)
Berdasarkan hasil penelitian Dobelden menunjukkan bahwa hanya 25 responden (39,1 %) responden yang memiliki tingkat konsentrasi belajar kategori baik. Sisanya sebanyak 32 responden (50%) memiliki tingkat konsentrasi cukup baik dan sebanyak 7 responden (10,9%) memiliki tingkat konsentrasi kurang baik. Konsentrasi adalah perhatian searah terhadap suatu hal. Konsentrasi berarti kondisi seseorang yang dapat memfokuskan pikiran kepada satu hal. Apapun aktifitasnya kriteria yang paling penting adalah untuk fokus, konsentrasi dan atentif kepada aktifitas yang sedang berlangsung. Konsentrasi akan menjadi tidak berarti apabila ada gangguan oleh beberapa hal lain pada saat yang bersamaan. Untuk dapat berkonsentrasi, kita harus berhenti mencoba melakukan beberapa hal pada saat yang sama. Apabila kita dapat fokus, kita akan biasa mendapatkan itensitas luar biasa (Dobelden, 2008). Faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi adalah faktor sosial yang meliputi guru, orang tua, teman. Faktor non sosial yang meliputi lingkungan, latihan, metode belajar, sarana dan prasarana, serta bahasa dan budaya. Faktor psikologi meliputi bakat, minat, ingatan, dan motivasi. Faktor yang berikutnya adalah status gizi meliputi kebiasaan sarapan pagi, pola konsumsi makan keluarga, persediaan pangan keluarga, pendapatan keluarga, dan zat gizi dalam makanan (Dobelden, 2008). Hal ini menunjukkan bahwa baiknya tingkat konsentrasi belajar pada anak tidak hanya dipengaruhi oleh kebiasaan sarapan pagi, tetapi juga disebabkan oleh beberapa faktor yang telah disebutkan di atas. Seseorang yang bisa berkonsentrasi dengan baik akan lebih mudah menyerap materi yang diterimanya. Hal ini dikarenakan konsentrasi merupakan suatu keadaan diri yang dapat memfokuskan pikiran kepada suatu hal. Dan kemampuan dalam berkonsentrasi akan mempengaruhi kecepatan dalam menangkap materi yang kita butuhkan. Seorang pelajar atau mahasiswa yang mempunyai kemampuan bagus dalam berkonsentrasi akan lebih cepat menangkap materi pelajaran yang seharusnya ia serap. Sehingga pada akhirnya prestasi belajarnya pun cenderung meningkat. (Anas, 2012)
Dari hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa semakin baik kebiasaan sarapan pagi seorang anak maka semakin baik pula tingkat konsentrasi belajar anak tersebut. Dari tabel menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki kebiasaan sarapan pagi kategori cukup baik yaitu sebanyak 40 responden (62,5%) dan sebagian besar responden memiliki tingkat konsentrasi kategori cukup baik sebanyak 32 responden (50%). Dari hasil analisa data didapatkan korelasi yaitu 0,546. Hal ini menunjukkan angka positif yang artinya tingkat hubungan antara kebiasaan sarapan pagi dengan tingkat konsentrasi belajar pada anak adalah sedang dengan uji sigfinikan (ρ) = 0,000 dengan taraf kesalahan 5% (α = 0,05) menunjukkan bahwa korelasi yang terjadi adalah korelasi positif artinya semakin baik kebiasaan sarapan pagi semakin baik pula tingkat konsentrasi belajar anak. Kebiasaan sarapan pagi dapat berkontribusi terhadap status gizi anak. Penelitian Irawati (2000) menemukan bahwa anak yang tidak biasa melakukan makan pagi akan beresiko terhadap status gizi kurang. Kekurangan gizi menyebabkan anak mudah lelah, tidak tidak kuat melakukan aktifitas fisik yang lama, tidak mampu berpikir dan berpartisipasi penuh dalam proses belajar. Resiko untuk menderita penyakit infeksi lebih besar pada anak yang kurang gizi, sehingga tingkat kehadirannya rendah di sekolah. (Muhilal dan Damayanti, 2006). Seperti yang dikemukakan oleh Tjut Rifameutia, di pagi hari kegiatan anak menuntut banyak gerak sehingga anak memerlukan energi untuk belajar dan berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan sarapan, anak menjadi lebih bersemangat dan terlibat aktif dalam belajar. Selain itu, konsentrasi pada akhirnya membuat anak lebih percaya diri dan prestasi belajarnya pun cenderung akan meningkat. Hal ini menggambarkan bahwa kebiasaan sarapan pagi dapat mempengaruhi tingkat konsentrasi belajar pada anak. Responden yang memiliki kebiasaan sarapan kategori baik akan mempunyai konsentrasi belajar yang baik pula. Sebaliknya bila kebiasaan sarapan pagi responden tergolong kategori kurang maka tingkat konsentrasinya pun akan tergolong kategori kurang pula. Namun ada juga responden yang mempunyai kebiasaan sarapan pagi kategori baik mempunyai tingkat konsentrasi kategori cukup yaitu sebanyak 1 responden (1,6%). Hal ini dikarenakan ada beberapa faktor lain seperti faktor sosial yang meliputi guru, orang tua, teman. Faktor non sosial yang meliputi lingkungan, latihan, metode belajar, sarana dan prasarana, serta bahasa dan budaya. Faktor psikologi meliputi bakat, minat, ingatan, dan motivasi. Faktor yang berikutnya adalah status gizi meliputi pola konsumsi makan keluarga, persediaan pangan keluarga, pendapatan keluarga, dan zat gizi dalam makanan. (Anas&Galih, 2012)

3.      Penutup
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Sebagian besar responden mempunyai kebiasaan sarapan pagi cukup baik. Sebagian besar responden mempunyai tingkat konsentrasi kategori cukup baik. Dari hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa semakin baik kebiasaan sarapan pagi seorang anak maka semakin baik pula tingkat konsentrasi belajarnya. Sehingga didapatkan hasil bahwa ada hubungan yang positif antara kebiasaan sarapan pagi dengan tingkat konsentrasi belajar pada anak.
Bagi siswa siswi perlu membiasakan diri untuk sarapan pagi terlebih dahulu sebelum memulai aktivitas sehari-hari karena sarapan pagi berguna sebagai sumber energi dan nutrisi otak sehingga otak akan lebih cerdas dan akan meningkatkan prestasi belajar. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dan tambahan informasi tentang pentingnya sarapan terhadap tingkat konsentrasi belajar pada anak. Sehingga pada akhirnya nanti kita bisa berbagi informasi kepada masyarakat akan pentingnya membiasakan diri untuk sarapan pagi terlebih dahulu sebelum memulai aktivitasnya sehari- hari. Bagi peneliti selanjutnya hendaknya meneliti juga tentang hasil belajar atau nilai yang didapatkan siswa-siswi pada akhir semester, dan diharapkan hasil penelitian bisa lebih valid dari sebelumnya.

Daftar Pustaka
Anas & Galih.2012.”Hubungan Kebiasaan Sarapan Pagi Dengan Tingkat Konsentrasi  Belajar Pada Anak”.Pare:Jurnal AKP.No.5 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar